Dari 92 Kasus, Kini Tinggal 61 Kasus Stunting di Pelangiran

Inhiltoday.com-Stunting, kondisi gagal tumbuh yang dialami anak balita akibat kekurangan gizi kronis, menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian lebih. Kekurangan gizi ini dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal kehidupan, tetapi baru tampak setelah anak berusia dua tahun. Oleh karena itu, periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase penting yang menjadi penentu pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas anak di masa depan.

Multidimensi Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, tidak hanya berkaitan dengan gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil atau anak balita. Intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK menjadi langkah paling efektif untuk mengurangi prevalensi stunting. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat perlu bersinergi untuk melaksanakan program intervensi ini secara konvergensi.

Inisiatif Pemerintah di Indragiri Hilir

Pada tahun 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dan menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi spesifik. Kecamatan Pelangiran terpilih sebagai salah satu kecamatan yang memiliki tanggung jawab untuk mengurangi stunting di tingkat desa. Pada tahun 2024, terdapat delapan desa/kelurahan yang menjadi fokus intervensi, yaitu Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman, dan Kelurahan Pelangiran.

Data Prevalensi Stunting di Kecamatan Pelangiran.

Berdasarkan grafik prevalensi stunting di Kecamatan Pelangiran, terlihat bahwa kasus stunting meningkat dari 85 pada tahun 2022 menjadi 92 pada tahun 2023. Namun, terjadi penurunan signifikan pada tahun 2024 dengan hanya 61 kasus. Meskipun beberapa wilayah menunjukkan peningkatan kasus stunting, penurunan dari tahun 2023 ke 2024 menunjukkan adanya keberhasilan program intervensi, meskipun perlu upaya lebih komprehensif untuk hasil yang lebih optimal di masa mendatang.

Program Intervensi yang Dijalankan

Kecamatan Pelangiran telah melaksanakan berbagai program untuk menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi, antara lain:

Sosialisasi ASI Eksklusif dan pendampingan pemberian MP-ASI.

Pendidikan gizi bagi ibu hamil.

Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri dan ibu hamil.

Konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi serta program kesehatan lingkungan.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun banyak program telah berjalan, masih terdapat faktor determinan yang perlu perhatian, seperti akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup sehat masyarakat. Beberapa remaja putri yang menerima intervensi TTD belum mengonsumsinya secara teratur, mengindikasikan perlunya motivasi yang lebih baik.

Kelompok Berisiko yang Perlu Diperhatikan

Remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan anak di bawah dua tahun adalah kelompok yang berisiko tinggi terhadap stunting. Dukungan dan edukasi yang tepat sangat penting untuk memastikan mereka dapat mengasuh anak dengan baik dan memberikan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal.

Ajakan untuk Kerjasama Lintas Sektor

Pemerintah Kecamatan Pelangiran mengharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus stunting. Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting perlu dilakukan secara terintegrasi, di mana kerjasama dan partisipasi aktif dari pemerintah desa/kelurahan sangat diharapkan untuk mencapai tujuan bersama dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Pelangiran.

0 Response to "Dari 92 Kasus, Kini Tinggal 61 Kasus Stunting di Pelangiran"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Memuat...